Sabtu, 10 Mei 2014

PERISTIWA TRAGEDI NASIONAL

PERISTIWA TRAGEDI NASIONAL

A.    Pemberontakan PKI Madiun/1948
Ketika sedang berlangsung, perundingan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda.Kabinet Hatta dirongrong oleh kegiatan-kegiatan politik dan front demokrasi rakyat (FOR) yang dipimpin oleh Amir Syaniffidin. Kegiatan politik FDR diikuti denagn usaha- usaha memancing bentrokkan dengan lawan politiknya.
Bersamaan dengan kegiatan FDR, pada bulan Agustus 1948, Muso seorang tokoh kawakan PKI yang telah bermukim di Moskow sejak tahun 1926 kembali ke lndonesia. Kedatangan Muso, membawa garis baru bagi kaum komunis dan membawa pembahann besar dalam gerakan komunis.
Partai yang berhaluan komunis yakni partai sosialis dan partai buruh pads akhir bulan agustus 1948 bersatu menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) Menghadapi pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah RI bersikap tegas. Ketegasan itu tampak dan pidato presiden yang mengajukan pilihan kepada rakyat. Ikut Muso dengan PKInya .atau ikut Soekarno-Hatta. Tawaran itu segera disambut dengan sikap mendukung pemenintah RI. Kemudian , pemerintah Siliwangi untuk merebut kota Madiun. Madiun diserang dan dua arah. Dan barat oleh pasukan Divisi Siliwangi dan dari timur oleh pasukan dibawah pimpinan kolonel Sungkono. 30 september 1948.
Muso tewas tertembak dalam pengejaran di Ponorogo. Amir Syarifflidin beserta Maruto Darusman, Suripto dan saijono dapat ditangkap di purwodadi. Peristiwa ini mengakhiri pemberontakan PM Madiun.

B.     Pemberontakan DI/TII
1.      Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Pada tanggal 7 agustus 1949 di Jawa Barat, sekelompok orang yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwizjo, memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Kelompok ini menamakan dirinya Gerakan Danil Islam. Anggotanya terdiri dan laskar hisbullah dan sabillilah. Gerakan ini dikenal dengan singkatan DI/TII. Untuk menghadapi gerakan separatis ini. TNI melakukan Operasi Militer Pagar Betis dan Operasi Baratha Yudha. Dengan banyak pengorbanan, akhirnya gerakan DII/TII di Jawa Barat dapat ditumpas setelah Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo ditangkap di gunung Geber, Majalaya tanggal 4juni 1962

2.      Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Pada 23 Agustus 1949, teijadi gerakan Dliii din Jawa Tengab yang mempunyai tujuan yang sama dengan DI/TII di jawa barat yaitu mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan ini tersebar di daerah Tegal dan Brebes. Kelompok ini dipimpin oleh Ainir Fatah. Untuk menumpas gerakan ini dilakukan operasi kilat yang disebut Gerakan Banteng Negara (GBN). (GBN berhasil menumpas DI/TII th 1954.

3.      Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Gerakan DI/TII yang juga mendirikan Negara Islam Indonesia di Sulawesi Selatan adalah Kahar Muzakar. Pada tahun 1952 ia memproklamirkan berdirinya NII Gerombolan ini akhirnya dapat ditumpas setelah Kahar Muzakar ditembak mati pada bulan Februari 1965.

4.      Pemberontakan Ibnu Hajar di Kalimantan
Seorang mantan anggota TNI berpangkat letnan dua ,yakni Ibnu Hadjar merasa tidak puas terhadap pemerintah. Gerakan ini diberi nama “ kesatuan Rakyat yang tertindas” Gerakan Ibnu Hadjar melakukan pemberontakan sejak 10 Oktober 1950. Gerakan ini menjadi bagian dan DI/TII Kartosoewiryo. Tahun 1963 ilmu Hajar tertangkap dan dihukum mati 1965.

5.      Pemberontakan DI/TII di Aceh
Di Aceh juga muncul sekelompok muslim di bawah pimpinan Tengku Daud Beureuh yang ingin mendirikan Negara Islam. Daud Beureuh mengeluarkan maklumat bahwa Aceh merupakan Negara bagian dan Kartosoewiryo. Untuk menumpas gerakan ini pemerintah menjalankan operasi militer dan upaya penyanderaan kepada masyarakat pemberontakan. Desember 1962 dicapai kata sepalcat lewat Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh

C.    Pemberontakan APRA
Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA ) muncul di kalangan KNIL. Gerakan ini dipimpin oleh Kapten Westerling. Pada bulan Januari 1950, APRA mengajukan ultimatum kepada pemerintah RIS dan Negara Pasundan. Ultimatun ini berisi tuntutan agar APRA diakui sebagai tentara pasundan dan keberadaan Negara Pasundan tetap dipertahankan. Pada tanggal 23 Januari 1950. Dengan kekuatan 800 tentara dan kendaraan lapis baja, pasukan APRA menyerbu kota bandung secara mendadak dan arah Cimahi.
Dengan menggunakan taktik gerak cepat, mereka mampu menguasai kota bandung mereka menembak setiap anggota TNL, dan menduduiki Divisi Siliwangi. Akibat tindakan pemberontakan 79 orang anggota TN! gugur termasuk Letkol Lembong.
Untuk menumpas pemberontakan APRA, pemerintah RIS menempuh dua cara yaitu
1.      Tekanan terhadap pimpinan pasukan Belanda dilakukan oleh Letko Eri Sudewo. Ia mendesk Mayjen Engells agar melarang anggota pasukan meninggalkan kesatuan dan memaksa APRA meninggalkan kota Bandung
2.      Dalam rangka operasi militer pemerintah mendatangkan kesatuan polisi dan polisi militer dari luar Baudung. Penangkapan dan pembersihan dilakukan terhadap para anggota APRA dan politisi Negana Pasundan yang terlibat.

D.    Pemberontakan PKI
1.      PKI Semasa Demokrasi Terpimpin
Pada masa Demokrasi Terpimpin. Kegiatan politik Indonesia didominasi oleh PKI ( Partai Komunis Indonesia) . Landasan gerakan PKI adalah Manifesto Politik ( Manipol ) yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia sedang menyelesaikan Revolusi. Berdasarkan dalih tersebut, PKI mengajak rakyat untuk menyelesaikan Revolusi menurut tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Pada tahun 1964 ditemukan dokumen yang benisi tentang rencana PKI merebut kekuasaan
PKI menyatakan bahwa dokumen itu palsu dan merupakan usaha kaum imperialis untuk menyudutkan PKI.. Karena pada saat itu PKI dekat dengan Presiden. Maka partai-partai politik dan ABRI tidak bias bertindak mengusut dokumen tsb.
Ketua PKI DN. Aidit mengkampanyekan NASAKOM (Nasinalisme, Agama, dan Komunisme). Merasa ada perlindungan dan presiden, PKI mulai meningkatkan aksi-aksinya. Barisan Tani Indonesia (BTI) mulai mengacaukan pelaksanaan Landreform seperti di Boyolali dan Bandar Betsi PKI juga menyusup ke partai-partai politik, terutama partai politik terbesar yaitu PNI, partai itu disusupi tokoh PKI yaitu Ir Surachman, Bahkan ia berhasil menduduki Jabatan Sekjen. Pada bulan Mei 1965, PKI melemparkan isu adanya Dewan Jenderal yang ingin mengulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. Sekali lagi TNI membantah. Panglima Angkatan Darat menyatakan bahwa TNI AD tetap setia. Ia menyatakan tidak ada dewan jenderal yang ada adalah Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti)

2.      Gerakan 30 September / PKI (G30 S/PKI)
Ditengah-tengah situasi persaingan antara PKI dan TNI muncul sekelompok pasukan bersenjata. Pasukan ini melakukan aksi penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa perwira angkatan darat. Kelompok bersenjata ini menamakan dirinya Gerakan 30 September/PKI (G30 S/PKI) dengan pimpinanya Letkol Untung, Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa. Melalui radio, letkol Untung menyatakan bahwa tujuan dari gerakan 30 September/PKI adalah mengagalkan usaha Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta. Ia kernudian membentuk Dewan Revolusi, sebagai ketuanya adalah Letkol Untung dan wakilnya adalah Brigjen Supaijo. Pembentukan Dewan Revolusi di Jakarta diikuti juga pembentukan Dewan Revolusi di daerah-daerah.
Di Yoyakarta., Dewan Revolusi dipimpin oleh Mayor Multono. Sama seperti di Jakarta di daerah-daerah ini meraka juga menculik dan membunuh perwira TNT-AD. Gerakan penculukan ini dipimpin oleh Peltu Sumardi.
Para Jenderal korban 030 S/PM adalah:
         Letnan Jenderal Ahmad Yani, Men/Pangab
         Mayor Jenderal S.Parman, Asisten 1 Men/Pangab
         Mayor Jenderal R Suprapto, Deputi II Men/Pangab
         Mayor Jenderal M.T Haryono, Deputi III MeN/Pangab
         Brigader Jenderal D.I Panjaitan , Asisten IV Men/Pangab
         Brigader Jenderal Sutoyo Siswomihaijo, Inspektor Kehakiman/Oditur Jenderal TNI.
Dalam situasi yang serba tidak menentu itu, pimpinan Angkatan Darat diambil alih oleh Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto. Ia melakukan Konsolidasi pasukan-pasukan TNI yang masih setia kepada pemerintah, diantaranya adalah RPKAD (sekarang Kopasus  
dibawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo. Dengan kekuatan itu Mayjen Jenderal Soeharto melakukan serangkaian operasi penumpasan G30S/PKI.
Setelah merebut kembali stasiun RRI, Mayor Jenderal Soeharto membenkan penjelasan kepada_masyarakat melalui siaran radio, Ia menyatakan bahwa telah terjadi tindakan penghianatan yang dilakukan gerakan 30 September/PKI. Mereka telah menculik beberapa perwira TNI AD. Lebih lanjut Mayjen Soeharto menyampaikan bahwa presiden soekarno dan jenderal A.H .Nasution dalam keadaan sehat dan situasi Jakarta telah dikendalikan.
Langkah selanjutnya adalah merebut Bandara Halim Perdanakusuma yang diduga sebagai pusat Gerakan 30 September/PKI dalam waktu singkat tempat ini dapat dikuasai pasukan RPKAD .Dari bukti-bukti yang dikumpulkan waktu itu, ABRI dan Masyarakat lalu menyimpulkan bahwa dibalik Gerakan 30  September/ PKI ini terdapat keterlibatan PKI, Maka dimulailah operasi pengejaran terhadap anggota-anggota PKI  ini. Dalam operasi pengejaran di Tegal, Letkol Untung berhasil ditangkap. Sementara D.N Aidit tertembak mati di Boyolali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CARA MENCANGKOK

BAB I PENDAHULUAN A.    LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa sekarang ini, manusia dituntut untuk menghasilkan produk-produk yang berma...